Kini, Tegal adalah tempatku
mencari sesuap nasi. Tempat yang dulu sempat kubenci karena merupakan lokasi
KKN terjauh dari kampus tercinta, namun justru sekarang menjadi tempat
penyambung nyawa. Selama KKN, aku memang terhambat oleh program dan
transportasi. Namun kini, Si Biru siap menemani menjelajahi tempat dengan logat
Jawa yang sedikit berbeda ini.
Waduk
Cacaban
Setelah mendapat
kepastian tentang pekerjaan di Tegal, sambil mencari kos, aku mampir di sebuah
danau buatan yang terletak di kecamatan Kedungbanteng. Kalau kalian mencari di google ‘tempat wisata Tegal’, pasti kalian
akan menemukan nama Waduk Cacaban.
Ada dua pintu masuk dan
kalian cukup membeli tiket sekali saja untuk masuk ke dua pintu itu.
Panas-panas sejuk, itu kesanku waktu di sana. Bagi yang ingin merasakan
bagaimana rasanya naik kapal tapi takut tercebur ke laut, maka di waduk ini
kalian bisa merasakan naik kapal yang memang disewakan tanpa takut tercebur ke
laut, karena paling kalian akan tercebur ke danau. Garing? Oke, lanjut.
Alun-Alun
Tegal
Biasanya setiap kota
mempunyai alun-alun, dan di Tegal memang ada alun-alun, walau tak sebesar
Simpang Lima Semarang, bahkan lebih kecil dari Alun-Alun Pemalang. Di alun-alun
yang terletak di Jalan Pancasila ini terdapat banyak penjual makanan, jadi tak
usah khawatir lapar, hanya saja saranku, tanya harga dulu, jangan makan dulu,
agar tak menyesal kemudian.
Satu lagi peringatan,
bagi lidah non-Tegal, soto di sini pasti dicampur dengan tauco yang membuat
makanan terasa sedikit asam. Tapi, kalau mau coba, oke-oke saja, siapa tahu
malah ketagihan.
Pantai
Purwahamba Indah
Setelah menjelajah
Indonesia timur, standarku terhadap pantai meninggi. Namun, untuk sekedar
mengobati kerinduan akan bau laut, bolehlah sesekali ke pantai pantura. Ya, ketika
kalian berjalan dari Pemalang ke arah Tegal atau sebaliknya, kalian akan
melihat gerbang masuk tepat di pinggir jalan raya, tepatnya di kecamatan
Suradadi.
Senja di sini lumayan
indah. Bukan, aku bukan sedang sok indie yang
kesenja-senjaan. Kalau indah ya indah, apalagi kalau mau sedikit berjalan ke
jembatan panjang. Tips lagi, banyak pedagang yang cukup antusias menjajakan
dagangannya, jadi kalau ada tikar jangan langsung diduduki. Kalau memang tak
mau beli, duduk saja di sembarang tempat, merasakan pasir yang lembut bisa kok
menjadi sumber kedamaian.
Taman
Tegalsari
Cari spot foto? Cari
senja? Coba ke taman yang terletak di Tegalsari ini waktu sore hari, pasti
banyak orang-orang berkumpul bersama teman, keluarga, atau yang sekedar
berswafoto. Cukup membayar tiket parker, kalian dapat melihat suatu taman yang
sudah berbau laut. Terlalu puitis? Oke, bau ikan asin.
Ada taman bermain untuk
anak-anak. Atau bisa duduk di pinggiran sambil melihat perahu lalu-lalang.
Kebanyakan yang nongkrong di sini
adalah warga sekitar yang ketika ke sana kulihat mereka sangat santai dan
bahagia. Mungkin benar, pantai identik dengan orang-orang santai.
Danau
Beko
Masih kurang jauh
mainnya? Oke! Mari kita lanjut ke Tegal yang berbatasan dengan Brebes, tepatnya
di kecamatan Margasari, di sana ada danau yang terbentuk dari bekas galian
tambang bernama Danau Beko. Waktu aku ke sana, ada sesi prewed sepasang calon pengantin. Benar, suasananya memang romantis,
walau sejarah tempat ini cukup tragis. Danau ini telah menelan korban nyawa
beberapa orang karena tenggelam saat berenang.
Kedamaian, satu kata
itu cukup mewakili tempat ini karena butuh kesabaran untuk mencapati tempat
terpencil ini. Debu juga berterbangan ketika di jalan. Masih banyak orang yang
belum tahu daerah ini, jadi buruan cari foto di sini sebelum menjadi tempat
yang mainstream.
Agak bingung juga
mencari tempat untuk dijelajahi di Tegal, karena orang sekitar ketika ditanyai
juga ikut bingung. Tapi masih banyak waktu aku di sini, siapa tahu menemukan sendiri.
Jadi, sudah siap menjajal Tegal?














