Senin, 22 Agustus 2016

(New Song) ~ Ironi

0komentar
Ironi 

     Banyak sekali lagu-lagu indah yang tercipta karena hujan. Benar, hujan identik dengan kenangan. Lagu-lagu tentang hujan itu misalnya Raining dari FT ISLAND, Teardrops in the Rain dari CNBLUE, When it Rain dari Paramore, dan masih banyak lagi tentunya. Kali ini, lagu yang saya tulis beberapa bulan yang lalu, jauh sebelum saya dapat menikmati indahnya sinyal ibukota kabupaten. Lagu yang saya tulis berjudul "Ironi". 
     Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (halah, sebagai anak bahasa, saya jadi keterusan merujuk segalanya ke KBBI, hehe...), pengertian Ironi adalah, 

ironi/iro·ni/ n 1 kejadian atau situasi yang bertentangan dengan yang diharapkan atau yang seharusnya terjadi, tetapi sudah menjadi suratan takdir: peristiwa pembunuhan Mahatma Gandhi adalah suatu -- karena ia adalah seorang pejuang tanpa kekerasan yang paling gigih; 2 Sas majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan makna sesungguhnya, misalnya dengan mengemukakan makna yang berlawanan dengan makna yang sebe-narnya dan ketidaksesuaian antara suasana yang diketengahkan dan kenyataan yang mendasarinya.

      Merujuk pada pengertian pertamalah lagu saya ini diciptakan (udah dong bro, ini ngeblog euy, bukan nyekripsi, wkwk...). Lagu ini memang salah satu lagu galau, namun saya selalu memegang kata-kata Mbak Raisa yang bilang begini, "Galau itu ngga' apa-apa selagi galaunya produktif." Jadi saya pegang kata-kata dia, 'kan ngga' baik kalau menentang perkataan calon istri (silahkan muntah xD...). 
       Tak usah panjang-lebar lagi, di tautan ini, teman-teman bisa nonton video berisi lirik lagu, jadi kalau suka lagunya dan mau nyanyi bareng, hafalin dulu, ahaha.... 


       Nah, udah dengar lagunya, kan? Kalau lagi ngga' ada kuota, ini deh, saya kasih liriknya. 

Ironi 

music: @bayu_vie 
lyric: @bayu_vie 

(gambar ambil di google image

Rintik hujan turun perlahan
Kenangan masa lalu berhamburan
Ingatkah engkau waktu itu?
Kau dan aku di bawah payung yang sama

Hujan semakin deras menghujam
Bayang wajahmu masih terkenang
Begitu manis dan natural
Kini semua pudar di dalam khayal

Dinginnya tubuh ini masih seperti dulu
Hujan di hati ini masih seperti dulu

Di setiap tetes hujan yang turun ke bumi
Itulah butiran kenangan tentangmu di hati
Semakin deras rintik hujan yang berjatuhan
Semakin besar rindu yang tertahan

Bukankah air yang turun sampai ke lautan?
Tapi mengapa rasaku tak bermuara padamu?
Lalu ku buang payung yang ada di tanganku
Biarlah kenangan ini membeku 

     Sayangnya, lagu ini ngga' masuk di solo album pertama saya, namun kalau banyak yang suka, mungkin akan direkam ulang di studio dan masuk ke album kedua, atau di album band-band yang saya naungi (apakah kalian masih menanti saya, wkwk...). Akhir kata, terima kasih dan selamat mendengarkan lagunya, monggo kalau baper.... ^^v 

Minggu, 21 Agustus 2016

(Bonus SM-3T) ~ Jelajah Belu: Dari Gunung yang Jalannya Berliku, Sampai Pantai di Atapupu

0komentar
Bonus SM-3T: Jelajah Belu
Dari Gunung yang Jalannya Berliku, Sampai Pantai di Atapupu

            Bukan rahasia lagi kalau peserta SM-3T akan ditempatkan di tempat-tempat yang terpencil dan belum dijamah pembangunan secara merata. Karena belum terjamah itulah banyak tempat wisata, terutama tempat wisata alam, yang bisa dikunjungi di daerah penempatan SM-3T. SM-3T memang program untuk guru yang bersedia mengajar di pedalaman. Tentunya pada hari liburan semester, tidak ada murid yang masuk, sehingga bisa dimanfaatkan untuk liburan.
            Untuk ke tempat-tempat yang jauh, mungkin kita harus merogoh kocek lebih. Karena ada proyek yang akan saya selesaikan nanti sepulang SM-3T dan mewajibkan saya untuk menabung, maka saya putuskan untuk menjelajahi tempat-tempat wisata hanya yang berada di kabupaten Belu. Karena di kabupaten sendiri, maka ongkos yang dikeluarkan paling hanya untuk menyewa motor di ojek atau di tetangga sebelah yang harganya bisa dinego karena sudah kenal. Bagamanapun, Belu tak kalah dari daerah lain dari segi tempat wisata.
            Kita mulai dari atas, daerah gunung, tepatnya di kecamatan Lamaknen. Ada bukit yang terkenal sebagai bukit teletubies, walau ketika saya ke sana saya cari teletubiesnya tidak ada, hehe, bernama Fulan Fehan. Memang seperti bukit di serial anak-anak teletubies, di sana kita bisa melihat hamparan rumput yang luas beserta sapi-sapi dan kuda-kuda liar yang berkeliaran. Tempat ini memang biasa digunakan untuk foto prewedding karena indahnya.
            Walau di atas gunung, namun uniknya di sini ada banyak karang dan tumbuhan kaktus. Benar, kaktus yang biasa ada di gurun pasir ada juga di gunung. Unik. Lalu, di sini kita juga bisa melihat daerah-daerah yang ada di bawah dengan jelas. Namun, untuk sampai di sini butuh perjuangan. Jalanan menanjak dan berupa batu merupakan tantangan nyata, bagi yang berboncengan, pembonceng harus rela turun dan berjalan. Namun perjuangan itu terbayarkan setelah melihat pemandangan di atas. Peringatan lain adalah bagi yang berkulit sensitif harap hati-hati dan memakai jaket, karena siswa saya ada yang kulitnya terkelupas setelah pulang dari sana.

Hijaunya Fulan Fehan

            Di dekat Fulan Fehan, ada Benteng Tujuh Lapis yang konon dipakai pada saat zaman penjajahan dulu. Untuk masuk ke sini, ada penjaga seorang warga sekitar yang bersenjatakan parang untuk membukakan jalan. Di benteng ini ada meriam peninggalan zaman perjuangan. Di ujung benteng, kita disuguhkan pemandangan daerah di bawah Lamaknen. Hanya saja kita tak bisa ke sini pada sore hari karena tertutup awan. Juga kita harus hati-hati karena ada lintah yang kalau kita sedang sial akan menempel di kulit dan menghisap darah.

Peninggalan Meriam di Benteng Tujuh Lapis

            Dari pucuk gunung, kita turun ke lembah. Di kecamatan Lasiolat, ada air terjun yang cukup tinggi dan membentuk banyak cabang sampai ke bawah. Air terjun itu bernama Mouhalek. Kalau tidak salah kita hanya cukup membayar 3000 rupiah untuk dapat memasuki area air terjun dan mandi sepuasnya. Waktu turun sih tidak terasa, namun saat pulang nanti, siap-siap saja tenaga untuk menaiki tangga hingga ke tempat parkir kendaraan. Ketika hari libur, air terjun ini cukup ramai.

Air Terjun Mouhalek

            Lamaknen, Lasiolat, kita turun lagi ke Atambua. Atambua adalah ibukota kabupaten Belu, jadi jangan samakan dengan Lamaknen, Lasiolat, atau Raihat, di sini semua akses sudah tergolong mudah. Internet lancar dan juga ramai. Jalanan mulus, tak kurang suatu apa pun. Tempat nongkrong orang Atambua biasanya di Taman Kota Atambua ini. Di Taman Kota Atambua bahkan sering diadakan acara konser musik. Terakhir kali, bahkan SLANK datang untuk Konser Perbatasan. Sayangnya saya tak dapat ikut menonton karena ada kewajiban melatih siswa untuk lomba di sekolah. But, it’s okay, nanti di Jawa juga banyak konser yang bisa didatangi.       

Pohon Besar di Taman Kota Atambua

            Dari Atambua, kita jauh turun ke daerah bawah. Di kecamatan Kakuluk Mesak, ada sebuah kolam yang dinamai Kolam Susu. Frasa ini tak asing bagi kita, benar, itu adalah judul lagu dari Koes Plus. Liriknya Bukan lautan hanya kolam susu, kail dan jala cukup menghidupimu. Koes Plus mendapatkan inspirasi ketika datang ke sana. Memang benar, pemandangan di sana indah, sebuah kolam yang dikelilingi pepohonan hijau. Seperti di film-film, kalau kataku pada siswaku yang menemaniku. Kebetulan aku datang ke sana kala itu bersama dengan salah satu siswaku yang banyak mengajarkanku lagu-lagu Tetun. Misi kami ke sini sederhana, membuat video cover lagu Kolam Susu. Jadi ceritanya nanti Kolam Susu live at Kolam Susu.
            Beberapa saat setelah membuat video cover dan berjalan berkeliling, aku berkata kepada siswaku yang bernama Wilco, “Memang indah, pasti ini yang dirasakan oleh Koes Plus waktu berkunjung ke sini. Barangkali dulu, di tempat ini, di sudut ini, Koes Plus membawa gitar dan bersenandung tentang keindahan yang langsung mereka lihat. Dan sekarang, apa bedanya kita dengan mereka? Bisa saja di masa depan, aku, atau kau, Wilco, nama kita akan sebesar Koes Plus. Siapa tahu?”

Di Salah Satu Sudut Kolam Susu

            Di dekat Kolam Susu, ada Teluk Gurita. Satu hal yang membuatku takjub adalah saat perjalanan ke sana. Saat aku ke sana pada waktu sore hari, kukira timing-ku salah, ternyata justru pemandangan matahari tenggelam benar-benar membuat semua ini seperti di film-film. Aku tak berhenti mengucap syukur bisa diberi kesempatan menikmati keindahan yang belum tentu nanti bisa kudatangi lagi. Di pantai sekitar sini masih banyak pengunjung yang datang. Hanya saja di beberapa sudut mulai ada sampah yang berserakan. Sayang sekali kalau kealamian pantai tercoreng oleh tangan-tangan malas manusia. Jangan sampai pantai-pantai di sini seperti pantai-pantai di Jawa.

Di Jalan ke Teluk Gurita

            Bergeser sedikit, ada lagi pantai yang tak kalah bagus, Pantai Sekarlaran. Aku sudah beberapa kali ke sini. Pantai ini cocok untuk berkumpul bersama, karena ada banyak tempat duduk dari kayu yang disediakan. Terahir kali ke sana, aku datang bersama rombongan siswa kelas 3 dan para guru. Di sana kami bisa membakar ikan bersama. Lupa tak membawa alatnya? Jangan khawatir, ada orang yang menyewakan. Saat musim liburan juga kadang ada pemain organ tunggal yang menemani kebersamaan, uniknya beliau adalah orang yang buta.


Tengah Hari di Pantai Sekarlaran

            Masih di area yang sama, ada Pelabuhan Atapupu. Banyak orang memancing di sini kalau sore hari. Banyak juga yang hanya sekedar nongkrong untuk menanti malam tiba. Tentu saja fungsi pelabuhan seperti fungsi hati, pelabuhan adalah tempat kapal datang dan pergi, sedangkan hati adalah tempat seseorang datang dan pergi, oh begitu saja, semua kuterima, apa adanya…. Ah…. Malah nyanyi, haha….

Sore Hari di Pelabuhan

            Masih di Atapupu, ada satu pantai unggulan kabupaten Belu, Pantai Pasir Putih. Kalau ke sana waktu siang hari, pasirnya benar-benar terlihat putih dan air lautnya terlihat sangat biru. Kukira karena pantai ini masih alami dan belum banyak terjamah tangan jahil manusia, pantai ini benar-benar indah. Hanya saja kalau siang memang sangat panas, namun kalau datang ke sini saat sore hari, air sudah mulai surut, namun kita jadi bisa berjalan-jalan agak ke tengah laut.

Di Siang Hari, Pantai Pasir Putih Pasirnya Benar-Benar Putih

            Dan sampailah kita di ujung negeri, perbatasan Indonesia dengan Timor Leste di Mota’ain. Di Raihat memang ada perbatasan, namun hanya berupa sungai. Di Mota’ain, batasnya selangkah lebih maju. Yah, paling tidak nanti sepulang ke Jawa bisa cerita ke teman-teman dan keluarga, “Aku sudah pernah ke luar negeri, loh!” Bagaimanapun, walau Timor Leste dulu bagian dari Indonesia, sekarang sudah jadi luar negeri.

Bersama SM-3T UNNES di Perbatasan NKRI – RDTL


            Nah, itu beberapa tempat wisata yang bisa kalian datangi kalau mampir ke kabupaten Belu. Jangan terbalik, ya. Biasanya, orang tahunya Atambua itu kabupaten. Bukan. Atambua itu ibukota kabupaten Belu, NTT. Tidak usah takut kalau main ke Belu, walaupun dulu pernah ada pergolakan, di sini sekarang aman, kok. Sesuai arti dari kata Belu itu sendiri, Belu berarti sahabat, masyarakat Belu sangat bersahabat walau dengan pendatang sekali pun. Nusa Tenggara Timur bukan hanya Ende, Manggarai, atau Kupang, kalau ada waktu, main yuk ke Belu…. 
 

Bayu's Secret Room © 2010

Blogger Templates by Splashy Templates